Selamat Datang

Ini merupakan Blog Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang
Sumatera Barat

Universitas Andalas

Universitas Andalas

Senin, 01 Februari 2010

MANAJEMEN PRAKTIS USAHA BIDANG AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI” “Tepung Pisang” oleh SINTA OKTAVIA 07 115 039

TUGAS PAPER

TEKNOLOGI INFORMASI DAN MULTIMEDIA

“MANAJEMEN PRAKTIS USAHA BIDANG AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI”

“Tepung Pisang”

OLEH :

SINTA OKTAVIA

07115039

UNAND

JURUSAN SOSIAL EKONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2010

1. Pendahuluan

Usaha kecil menurut definisi dari Bank Indonesia, adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar, dimiliki WNI dan berdiri sendiri (Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/4/KEP/DIR tanggal 4 April 1997 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil).

Secara garis besarnya kegiatan usaha kecil dan menengah dengan mengambil basis kegiatan pertanian dapat dikelompokkan dalam 2 kegiatan, yaitu : Agribisnis dan Agroindustri. Agribisnis adalah kegiatan usaha yang membudidayakan tanaman, ternak mulai dari saat awal pertumbuhan hingga menghasilkan produk siap konsumsi dan siap olah untuk proses lebih lanjut. Sedangkan agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan mentah dari pertanian termasuk di dalamnya tanaman dan ternak sedemikian rupa menghasilkan produk hasil olahan yang beragam jenis dan manfaatnya. Sebenarnya usaha dalam bidang agribisnis dan agroindustri apabila dikelola dengan baik dapat menjadi lahan usaha yang sangat menjanjikan, hal ini didasarkan atas pengamatan empiris di lapangan bahwa sektor ini banyak menyerap tenaga kerja dan permintaan pasar domestik maupun global cenderung mengalami peningkatan.

2. Karakteristik Usaha Agribisnis Dan Agroindustri

Dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia akan selalu membutuhkan makanan kapan dan dimanapun dia berada, oleh karena itu bidang pertanian merupakan bidang strategis bagi kehidupan manusia. Dengan demikian mengembangkan usaha dalam bidang pertanian, baik berupa produk mentah, bahan setengah jadi maupun produk jadi pada dasarnya merupakan kegiatan yang memiliki prospek sangat baik dan orientasinya bisa seumur hidup apabila sistem tata niaga dan pengelolaannya baik. Mengembangkan usaha dalam bidang agribisnis dan agroindustri, baik berupa produk mentah, bahan setengah jadi maupun produk jadi merupakan kegiatan yang memiliki prospek

sangat baik. Hal ini disebabkan oleh karena selama manusia hidup akan selalu memerlukan sandang, pangan, pakan dan papan untuk kebutuhan hidupnya, yang notabene sumber bahan bakunya berasal dari kegiatan bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Jadi usaha dalam bidang ini orientasinya bisa seumur hidup. Permasalahannya adalah dalam mengembangkan usaha bidang ini banyak kendala yang dihadapi, mulai dari ketersediaan bahan baku, aspek kesehatan, periode waktu atau umur konsumsi hingga cara penanganannya. Karakteristik produk pertanian pada umumnya dipengaruhi oleh musim, mudah rusak (karena fisik, kimia atau bilologis) dan bentuknya beragam sehingga bagi kebanyakan orang awammengelola kegiatan agribisnis atau agroindustri dianggap beresiko tinggi disamping untuk dapat menghasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan usaha lainnya. Ada beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan produk pertanian, antara lain yaitu :

1. Umur tanam hingga produksi

2. Lama konsumsi dari produk pertanian tersebut (umur simpan)

3. Variabilitas bahan untuk diolah dari satu produk ke produk yang lain

4. Cara penanganan pasca panen, penyimpanan dan penyajian

5. Kesesuaian dengan standar yang ditetapkan

6. Penampakan produk dalam rangka menarik minat konsumen

7. Aspek lingkungan pemasaran

Semua faktor di atas akan berdampak pada keberhasilan dalam pemasaran produk kepada konsumen. Idealnya produk pertanian yang akan dipasarkan memiliki umur konsumsi yang lama, mudah diolah menjadi berbagai macam produk, mudah dalam mengolah dan menyajikannya, tidak sulit dalam menyajikan kemasannya, memenuhi standar yang berlaku umum untuk produk pangan terutama yang menyangkut kesehatan dan dapat dipasarkan di berbagai tempat. Untuk mendapatkan produk pertanian yang ideal tersebut tidak mudah, oleh karena tidak semua bahan memiliki karakteristik yang sama, yang pada akhirnya akan membawa konsekuensi kepada biaya produksi. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam kaitannyadengan aspek pemasaran produk adalah strategi pemasaran yang bagaimana yang akan dipilih oleh perusahaan dalam kaitannya dengan produk yang dibuat.

Porter (1985) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada 3 strategi penting untuk mendapatkan kesuksesan dalam bidang pemasaran produk, yaitu :

1. Keunggulan dalam biaya / ongkos. Pemasaran produk dengan mengandalkan keunggulan dalam biaya, misalnya menjual produk dengan harga yang murah namun dengan kualitas yang baik. Hal ini bisa dilakukan karena perusahaan mampu menghemat biaya produksi dalam proses produksi, baik pada pemilihan bahan baku, proses, kemasan maupun biaya untuk tenaga kerja.

2. Keunggulan karena adanya ciri pembeda atau keunikan dari produk yang dibuat (diferensiasi). Strategi ini menekankan pada aspek keunikan pada produk yang dipasarkan, baik penekanan pada merk, bentuk, logo, kualitas atau image dari produknya itu sendiri. Untuk strategi ini biasanya diikuti dengan biaya yang tinggi.

3. Keunggulan karena memfokuskan pada target atau segmen pasar tertentu. Strategi ini mengandalkan pada suatu fokus tertentu, misalnya hanya mengkhususkan pada segmen pasar “remaja” atau orang tua saja.

Ke tiga model strategi yang dapat ditempuh tersebut pada akhirnya akan menentukan karakteristik produk yang akan dibuat hingga perencanaan investasi dan produksinya. Sebagai rantai awal yang sangat penting dan mendukung produksi suatu usaha, tidak terkecuali kegiatan pertanian adalah dukungan logistik atau supplier. Bagian ini merupakan unsur penunjang utama dalam kegiatan usaha yang terutama bergerak dalam bidang produksi komoditas pertanian. Keberhasilan suatu usaha yang memproduksi suatu komoditas sangat ditentukan oleh pengelolaan sistem produksi dan hubungannya dengan pemasok bahan baku atau logistik. Dengan demikian bagian inipun sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang tinggi bila dikembangkan dengan baik, jadi tidak hanya mengandalkan kepada kekuatan dalam memproduksi saja.

Manajemen produksi dalam hal ini merupakan faktor utama yang menentukan jalannya roda usaha produksi komoditas. Sedangkan sistem distribusi merupakan bagian penyalur komoditas yang telah dibuat pada tingkat penyaluran produk dalam jumlah yang banyak sebelum sampai kepada pelanggan atau pemakai. Untuk dapat menyampaikan produk yang telah diproduksi diperlukan adanya jaringan pemasaran pemasaran yang memadai sebagai kepanjangan tangan jaringan distribusi. Produk yang diproduksi dan dipasarkan tidak akan bertahan lama untuk tetap diminati oleh pemakai apabila aspek pelayanan kepada pelanggan (Service & maintenance) diabaikan.

Melihat keterkaitan diantara variabel yang satu dengan variabel lainnya dari rantai nilai kegiatan usaha tersebut, dapatlah dipahami bahwa kebanyakan perusahaan-perusahaan yang bertarafinternasional berhasil dalam menjalankan usahanya karena mereka mampu menjalankan seluruh variabel yang ada pada rantai nilai tersebut. Kondisi ini berbeda dengan kebanyakan perusahaan di Indonesia, dimana masih banyak diantara perusahaan tersebut yang belum dapat memadukan semua variabel rantai nilai menjadi satu kesatuan yang utuh dan terintegrasi sehingga menciptakan suatu usaha yang kuat. Sebagai contoh kasus misalnya pada bidang agribisnis.

Kebanyakan wirausaha agribisnis di Indonesia sudah mampu mengelola sistem produksi (manajemen produksi) dengan baik, namun ketergantungan produsen pada pemasok (supplier) baik itu pupuk, benih atau sarana produksi lainnya maupun kepada jaringan distribusi dan pemasarannya masih lemah. Kondisi ini seringkali menyebabkan produsen produk-produk pertanian (petani) menderita kerugian karena adanya permainan dari pemasok bahan baku, disamping itu masalah lain adalah spekulan yang bergerak di sektor distribusi, pemasaran dan pelayanan pelanggan yang turut mengatursistem sedemikian rupa produsen berada pada posisi tawar menawar yang lemah.

Dalam pemilihan kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh calon wirausaha baru baik dalam bidang agribisnis maupun agroindustri terlebih dahulu harus dipahami masing-masing karakteristik kegiatan dalam ke dua bidang usaha tersebut. Hal ini penting mengingat untuk kegiatan agribisnis lebih menekankan pada kegiatan di lapangan (lahan usaha tani) sementara kegiatan agroindustri dilakukan dalam ruang usaha (pabrik atau bangunan unit produksi). Secara umum kegiatan agribisnis memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan kegiatan agroindustri. Beberapa perbedaan tersebut antara lain :

NO

AGRIBISNIS

AGROINDUSTRI

1

Kegiatan produksi pada lahan dan dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim, karakteristik tanah dan tata air

Kegiatan produksi dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis

2

Produktivitas hasil dipengaruhi oleh aplikasi teknis dilapangan

Produktivitas hasil dipengaruhi oleh kreatifitas dan tingkat pemanfaatan teknologi proses

3

Pemeliharaan tanaman sebagai penghasil produk perlu intensif

Penanganan produk pasca panen menjadi titik kritis

4

Tingkat resiko keberhasilan usaha tinggi karena tergantung pada alam

Resiko keberhasilan usaha relatif lebih kecil karena dapat diprediksi lebih baik dan tidak tergantung pada alam

5

Terfokus pada satu produk (dari satu komoditas hanya dihasilkan satu produk)

Dari 1 input sumber bahan baku dapat dihasilkan produk yang bervariasi

6

Produk yang dihasilkan mudah rusak, umur konsumsi pendek

Produk yang dihasilkan lebih tahan lama, umur konsumsi lebih lama

7

Tidak ada nilai tambah karena nilai jual terpaku pada satu produk akhir komoditasnya

Ada nilai tambah, karena dari satu sumber bahan baku dapat dihasilkan beragam produk olahan dengan berbagai variasi harga

8

Membutuhkan waktu cukup lama untuk menghasilkan produk (± 3 bulan hingga tahunan)

Waktu pengolahan produk relatif singkat (hitungan jam atau hari)

9

Kegiatan dilakukan di lahan usaha tani

Kegiatan di lakukan dalam ruang unit produksi

Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku usaha yang akan terjun dalam bidang agribisnis ataupun agroindustri, perlu kiranya diketahui terlebih dahulu tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan. Beberapa tahapan kegiatan yang biasa dilakukan dalam bidang agribisnis adalah sebagai berikut :

Pemeliharaan, Pemberantasan hama & penyakit


Panen

Penanganan &

Pemasaran


Gambar : Tahapan Kegiatan Agribisnis

Dari tahapan tersebut, maka faktor penentu keberhasil usaha agribisnis terletak pada uapaya pemenuhan :

- Benih, bibit

- Pupuk

- Pengolahan tanah

- Pestisida

- Irigasi & drainase

- Pemeliharaan

- Pemanenan

- Keputusan dalam memasarkan produk (cara ijon atau dengan pemasaran sendiri)

Apabila diamati dari beberapa faktor tersebut, sebenarnya masing-masing elemen dapat pula dijadikan sebagai bagian dari unit usaha lain yang dapat dikembangkan, sebagai contoh misalnya :

- Usaha penyedia benih, bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan mesin

- Usaha jasa penyewaan peralatan dan mesin pertanian

- Usaha pemasaran dan transportasi produk

Berbeda dengan kegiatan agribisnis, kegiatan agroindustri pada dasarnya merupakan kegiatan tindak lanjut dari usaha yang dilakukan dalam agribisnis dimana output dari agribisnis merupakan bahan baku bagi kegiatan agroindustri. Dengan demikian tahapan kegiatannya merupakan kelanjutan dari kegiatan agribisnis, yaitu sebagai berikut :

Kondisi permintaan Dan penawaran Komoditas

Segmentasi Pasar

Pengolahan bahan Baku produk Agribisnis


Gambar : Tahapan Kegiatan Agroindustri

Pengolahan produk pertanian agribisnis menjadi produk agroindustri dapat dilakukan sesuai dengan jenis produk akhir yang diinginkan, sebagai contoh misalnya : apabila produk yang diinginkan dari buah pisang adalah tepung pisang, maka proses pengolahannya harus mengikuti tahapan pemilihan buah dengan kematangan 60% , pembersihan, pengupasan, perendaman buah, perlakuan bahan agar tidak berwarna pucat, perajangan, pengeringan, penepungan (pengecilan ukuran) dengan mesin, pengemasan. Sementara bila produk akhir yang diinginkan adalah sale pisang, maka pengolahannya adalah pemilihan buah dengan tingkat kematangan 90 – 95%, pengupasan, pengeringan, pemipihan dengan mesin atau alat pemipih (roller), pengemasan. Dari kedua jenis produk, proses pengolahan maupun mesin atau peralatan atau teknologi proses yang digunakan berbeda. Dengan kata lain makin banyak produk akhir yang ingin dibuat akan makin banyak pula teknologi proses yang dibutuhkan.

AGROINDUSTRI PISANG

Gambar : Kegiatan Pengolahan Tepung Pisang

Gambar : Alat Pengolahan Pisang

Proses pembuatan tepung pisang

Tepung pisang dibuat dari buah pisang yang masih mentah namun yang sudah cukup tua. Tepung pisang banyak dimanfaatkan sebagai campuran pada pembuatan roti, cake, kue kering, campuran tepung terigu, dan campuran makanan bayi. Pada dasarnya semua jenis buah pisang mentah dapat diolah menjadi tepung, tapi warna tepung yang dihasilkan bervariasi, karena dipengaruhi oleh tingkat ketuaan buah, jenis buah dan cara pengolahan. Buah pisang kepok mempunyai warna tepung yang paling baik, yaitu putih. Teknologi pengolahan tepung pisang yang diintroduksikan adalah penggunaan alat pengiris, mesin pengering, dan mesin penepung yang terbuat dari bahan yang aman untuk pengolahan makanan. Selain itu juga diperkenalkan teknologi perendaman irisan buah pisang dalam larutan asam sitrat sebelum pengeringan yang mampu mencegah reaksi pencoklatan pada irisan buah, sehingga dapat memperbaiki warna tepung pisang yang dihasilkan.

Program Yang Dapat Mendukung

  • Program pengembangan agrobisnis tanaman buah-buahan secara terpadu
  • Program pengembangan system informasi pasar, harga komoditas pertanian dan teknologi pengolahan

Usaha Ikutan

  • Pengadaan dan penyaluran benih unggul, sarana dan prasarana produksi lainnya.
  • Usaha pengolahan makanan yang menggunakan bahan baku pisang

Manfaat pengolahan pisang menjadi tepung antara lain :

v Lebih tahan disimpan

v Lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan

v Lebih praktis untuk diversifikasi produk olahan

v Mampu memberikan nilai tambah buah pisang

v Mampu meningkatkan nilai gizi buah melalaui proses fortifikasi selama pengolahan

v Menciptakan peluang usaha untuk pengembangan agroindustri pedesaan

Apabila dilihat dari sumber bahan bakunya, kegiatan agroindustri akan dapat memberikan variabilitas usaha dan produk yang lebih banyak daripada kegiatan agribisnis mulai dari budidaya hingga tanaman atau ternak berproduksi saja. Menurut kategori jenis tanaman atau ternak yang dibudidayakan, kegiatan agroindustri yang dapat dikembangkan setidaknya membutuhkan bahan baku dari tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman obat & industri, peternakan dan perikanan.

3. Aspek Penting Dalam Perencanaan Usaha Dalam Agribisnis Dan Agroindustri

Pada saat seseorang memutuskan untuk memulai usahanya, maka pada saat itu pula ia harus dapat merencanakan kegiatan usahanya dengan baik. Kesalahan dalam perencanaan merupakan suatu langkah awal menuju kegagalan. Kegiatan perencanaan usaha setidaknya mengikuti beberapa tahapan, antara lain :

1. Menganalisis situasi yang berhubungan usaha yang akan dilakukan

2. Pemahaman tentang organisasi dan tata laksana perusahaan.

3. Kegiatan berikutnya yang harus dilakukan sebelum memulai berwirausaha adalah bekal pemahaman tentang bagaimana menjalankan suatu usaha baik dari segi pembentukan badan usaha (organisasi usaha), manajemen organisasi usaha maupun pengetahuan tentang manajemen keuangannya. Dalam tahapan ini seorang wirausahawan perlu mengetahui dan menguasai beberapa aspek penting dalam pengelolaan usaha seperti :

· Bagaimana menentukan harga pokok dan harga jual produk, penentuan volume produksi (bila produk tersebut diproduksi sendiri) dan perhitungan titik impas usaha, sistem pembukuan keuangan.

· Pengetahuan tentang konsep bunga uang (cara hitung bunga) yang diperlukan dalam menentukan seberapa besar tingkat keuntungan perusahaan dapat diperoleh dan untuk antisipasi kegiatan usaha yang sistem keuanganya melibatkan perbankan (misalnya modal diperoleh dari pinjaman bank).

· Kemampuan dalam menganalisis alternatif usaha yang paling menguntungkan sehingga usaha yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan dalam jangka waktu yang lama atau bisa dialih generasikan.

· Bagaimana cara menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait dengan dunia usaha, baik itu bank, koperasi, dinas instansi terkait, lembaga riset & pengembangan. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan membuat proposal dan teknik negosiasi sangat dipelukan3. Melakukan studi kelayakan usaha

· Sebagai tahapan akhir dari kegiatan perencanaan usaha adalah menganalisis kelayakan ekonomi dari usaha yang akan didirikan. Bekal pengetahuan dasar sebelumnya akan dapat menunjang dalam melakukan analisis kelayakan ekonomi kegiatan usaha. Untuk menganalisis kelayakan ekonomi dari suatu diperlukan perkiraan pendapatan dan pengeluaran biaya yang akan terjadi seandainya usaha tersebut jadi dilaksanakan. Oleh karena pada tahapan ini baru berupa perencanaan, maka dalam analisisnya diperlukan harga atau nilai-nilai perkiraan. Apabila kriteria kelayakan ekonomi terpenuhi, maka kegiatan usaha dapat dilakukan.

4. Mengelola sistem produksi dalam berusaha dengan cara yang efektif dan efisien Kegiatan ini terkait dengan bagaimana memadukan unsur Manusia, Mesin, Material (bahan baku), Metode Kerja, Modal Kerja, dan Memasarkan Produk dengan seefektif dan seefisien mungkin.

5. Menjaga usaha yang dilakukan agar berkesinambungan dengan mengacu pada kaidah 3K yaitu : KAPASITAS, KUALITAS dan KONTINYUITAS. Kaidah ini mengandung makna bahwa usahakan kegiatan usaha selalu memenuhi kapasitas standar bagi pemenuhan target produksi yang direncanakan dengan tidak melupakan unsur kualitas produk yang baik dan terjaga (kesehatan, penampakan, aman, dan manfaat) serta dapat diproduksi secara kontinyu (berkesinambungan).

KESIMPULAN :

1. Secara garis besarnya kegiatan usaha kecil dan menengah dengan mengambil basis kegiatan pertanian dapat dikelompokkan dalam 2 kegiatan, yaitu : Agribisnis dan Agroindustri.

2. Agribisnis adalah kegiatan usaha yang membudidayakan tanaman, ternak mulai dari saat awal pertumbuhan hingga menghasilkan produk siap konsumsi dan siap olah untuk proses lebih lanjut. Sedangkan agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan mentah dari pertanian termasuk di dalamnya tanaman dan ternak sedemikian rupa menghasilkan produk hasil olahan yang beragam jenis dan manfaatnya.

3. Pengolahan produk pertanian agribisnis menjadi produk agroindustri dapat dilakukan sesuai dengan jenis produk akhir yang diinginkan, sebagai contoh misalnya : apabila produk yang diinginkan dari buah pisang adalah tepung pisang, maka proses pengolahannya harus mengikuti tahapan pemilihan buah dengan kematangan 60% , pembersihan, pengupasan, perendaman buah, perlakuan bahan agar tidak berwarna pucat, perajangan, pengeringan, penepungan (pengecilan ukuran) dengan mesin, pengemasan.

4. Sistem agribisnis pisang tidak terlepas dari peran berbagai disiplin ilmu seperti pemuliaan tanaman, agronomi, hama dan penyakit tanaman, pasca panen dan pemasaran serta manajemen perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya keterpaduan antara teknologi dari masing-masing disiplin ilmu tersebut untuk menciptakan keberhasilan suatu system agribisnis pisang.

5. Manfaat pengolahan pisang menjadi tepung antara lain :

v Lebih tahan disimpan

v Lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan

v Lebih praktis untuk diversifikasi produk olahan

v Mampu memberikan nilai tambah buah pisang

v Mampu meningkatkan nilai gizi buah melalaui proses fortifikasi selama pengolahan

v Menciptakan peluang usaha untuk pengembangan agroindustri pedesaan

SUMBER :

Idjatnika. 2007. Teknologi Pendukung Agribisnis Pisang

Sekretariat Daerah Kabupaten Garut. Peluang Investasi Agribisnis Pisang

Prihatman, Kemal. 2000. Pisang ( Musa Spp). Jakarta : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Rahmarestia. W, Elita. Alat dan Mesin pengolahan tepung