Selamat Datang

Ini merupakan Blog Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang
Sumatera Barat

Universitas Andalas

Universitas Andalas

Kamis, 28 Januari 2010

Budidaya Padi Metoda SRI ( System of Rice Intensification ) atau Padi Tanam Sabatang ( PTS )

NAIMAH RANGKUTI
06115002

Budidaya Padi Metoda SRI ( System of Rice Intensification ) atau Padi Tanam Sabatang ( PTS )
Pengertian SRI
SRI ( System of Rice Intensification ) merupakan teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
SRI ( System of Rice Intensification ) adalah cara budidaya padi yang pada awalnya diteliti dan dikembangkan oleh Fr. Henri de Laulanie pada tahun 1984 di Pulau Madagaskar, dimana kondisi dan keadaannya tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Karena kondisi lahan pertanian yang terus menurun kesuburannya, kelangkaan dan harga pupuk kimia yang terus melambung serta suplai air yang terus berkurang dari waktu ke waktu, maka dikembangkanlah metoda SRI untuk meningkatkan hasil produksi padi petani Madagaskar pada saat itu, dengan hasil yang sangat mengagumkan. Saat ini SRI telah berkembang di banyak negara penghasil beras seperti di Thailand, Philipina, India, China, Kamboja, Laos, Srilanka, Peru, Cuba, Brazil, Vietnam dan banyak negara maju lainnya. Melalui presentasinya Prof. Norman Uphoff dari universitas Cornell, USA, pada tahun 1997 di Bogor, SRI diperkenalkan di Indonesia. Dan sejak tahun 2003 penerapan dilapangan oleh para petani kita di Sukabumi, Garut, Sumedang, Tasikmalaya dan daerah lainnya memberikan lonjakan hasil panen yang luar biasa.
Cara budidaya SRI sebenarnya tidak asing bagi para petani kita, karena sebagian besar prosesnya sudah dipahami dan biasa dilakukan petani. Metoda SRI ini dinamakan bersawah organik dan menghasilkan padi / beras organik karena mulai dari pengolahan lahan, pemupukan hingga penanggulangan serangan hama sama-sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia . Metoda SRI seluruhnya menggunakan bahan organik disekitar kita ( petani ) yang ramah lingkungan, dan bersahabat dengan alam serta mahluk hidup di lingkungan persawahan. Dari hasil penelitian dan percobaan oleh para ahli selama bertahun-tahun di berbagai negara menunjukan bahwa hasil yang diperoleh dengan metoda SRI sangat tinggi jika sepenuhnya tidak memakai bahan-bahan sintetis (kimia/anorganik) baik untuk pupuk maupun untuk pembasmi hama dan penyakit padi.

Prinsip dasar budidaya padi organik SRI terdiri dari beberapa kegiatan kunci dan prosesnya mutlak harus dilakukan agar hasil yang dicapai petani optimal.

Prinsip Padi Tanam Sabatang:
1. Penggunaan bahan organik (semua jerami dijadikan kompos dan dikembalikan ke lahan sawah sebagai pupuk dasar).
2. Bibit muda (umr 8-12 hari) dan ditanam satu batang per rumpun.
3. Air tidak tergenang terus menerus (penggenangan apabila diperlukan).
4. Penerapan konsepsi pengendalian hama terpadu PHT.
5. Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari.
6. Bibit tanam satu pohon perlubang dengan jarak tanam 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang.
Keunggulan metode SRI :
1. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan mulai dati tanam sampai panen memberikan air max 20 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan samapi tanah retak (irigasi terputus).
2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg / ha.
3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5-12 hss dan waktu panen akan lebih awal.
4. Produksi meningkat, dibeberapa tempat mencapai 11 ton / ha.
5. Ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik ( kompos, kandang, dan Mikro- Organisme lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
A. Persiapan Bibit
1. Pembuatan persemaian
Pembuatan persemaian tidak harus digunakan pada lahan sawah, tapi dapat menggunakan baki atau kotak dari kayu atau bambu.
2. Penyeleksian atau pemilihan benih..
a. Ambil 1 ember, beri air sebanyak ¾ bagian
b. Masukan telur
c. Beri garam sambil diaduk-aduk, konsentrasi garam sudah cukup apabila telur sudah mengapung
d. Keluarkan telur, larutan garam tersebut siap digunakan untuk pengujian benih
e. Benih yang kan digunakan dimasukan ke dalam air garam kemudian diaduk-aduk
f. Benih yang mengapung dibuang, benih yang tenggelamlah yang digunakan sebagai bibit, karena pada prinsipnya “benih yang tenggelam tersebut adalah benih yang betul-betul bernas”
B. Persiapan Lahan
1. Pembuatan selokan
Petani membutuhkan kurang dari setengah penggunaan air, karena selokan menjadi sangat penting dalam PTS, sehingga mudah untuk pengaturan air dan pengenddalian hama keong mas.
2. Penebaran kompos
Pada saat pembuatan selokan juga bisa dilakukan penebaran kompos. Kompos selain sebagai sumber nutrisi juga dapat memperbaiki struktur tanah.
C. Penanaman Bibit
1. Kunci utama adalah pemindahan bibit ke lapangan atau transplantasi dilakukan lebih awal, yaitu pada saat bibit telah berdaun 2 helai. Biasanya bibit berumur 8-12 hari setelah semai.
2. Penanaman dilakukan secara hati-hati dengan satu (1) bibit per lobang tanam.
3. Posisi perakaran pada saat tanam dibuat seperti huruf “L”.
4. Jarak tanam dibuat lebih lebar, yaitu 30 x 30 cm, dengan itu akan memberikan kesempatan pada akar untuk lebih leluasa.
D. Penyiangan
1. Penyiangan gulma dilakukan seawal mungkin. Penyiangan dilakukan 7-10 hari setelah tanam.
2. Penyiangan gulma bisa dilakukan dengan tangan atau alat garok atau alat lain yang dapat membantu untuk menghilangkan gulma dan membenamkan gulma sekaligus memberikan kondisi aerasi agar perputaran dan pertukaran udara tetap lancar, supaya memperkuat pertumbuhan akar lebih cepat dan sehat sehingga mendukung pertumbuhan tunas awal lebih cepat.
3. Saat penyiangan, air sawah dalam keadaan macak-macak atau setinggi 1 cm. Air sawah dimasukan satu hari sebelum penyiangan agar saat melakukan penyiangan tidak keras.
E. Panen
1. Panen dilakukan 98 hari setelah tanam atau setelah tanaman tua atau ditandai dengan menguning dan masaknya gabah.
2. Panen dilakukan 105 hari setelah tanam atau lebih awal dibandingkan system tanam padi biasa (Konvensional).
Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitikberatkan pada prinsip daur ulang hara melalui panen, dengan cara mengembalikan sebagian biomasa kedalam tanah, dan konservasi air mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan secara konvensional.
Dasar pemikiran SRI kaitannya dengan irigasi yaitu :
1. Padi bukan tanaman air, tetapi tanaman yang memerlukan air.
2. Pada kondisi tanah yang tidak tergenang tetapi cukup lembab (macak-macak), oksigen tersedia optimal, akar tumbuh dengan baik, menyerap nutrisi lebih banyak, merangsang tumbuhnya anakan yang optimal, produksi meningkat.
3. Kebutuhan air irigasi berkurang, efisiensi pemakaian air naik.
Unsur-unsur yang penting :
1. Bibit muda, usia 7-14 hari, untuk mempertahankan potensi pertumbuhan anakan dan pertumbuhan akar yang optimal.
2. Tanam padi, dengan bibit tunggal, dangkal (1~1,5 cm), akar horizontal (l), jarak tanam lebar, waktu antara cabut-tanam < ¼ jam. mengurangi kompetisi tanaman dalam serumpun maupun antar rumpun.
3. Mempertahankan tanah agar tetap teraerasi, lembab, tak tergenang sehingga akar bernafas baik. perlu manajemen air dan penyiangan yang mampu membongkar struktur tanah.
4. Menyediakan nutrisi yang cukup untuk tanah dan tanaman, agar tanah tetap sehat dan subur.
Produktivitas padi SRI dan non SRI
Tabel 1. di Dunia Tahun 1994 - 2001
No Negara hasil ton / ha % tase peningkatan produktivitas Tahun Pelaksanaan
Padi SRI Padi non SRI
1 Madagaskar 6,7 – 11.,2 3,12 – 4,92 115 – 128 1994 – 1999
2 Cina 9,2 – 15 - - 1999 – 2001
3 Indonesia 6,3 – 9,5 4,5 40 – 111 1999 – 2000
4 Bangladesh 6,5 – 9 5 30 – 80 2000
5 Sri Langka 8 – 15 4,7 70 – 219 2000 – 2001
6 Gambia 5,4 – 8,3 - - 2000 – 2001
7 AmerikaLatin (Cuba) 9,56 4,46 114 2001

Data Antara 5,4 – 15 3,12-5 30 – 219 1994 – 2001

Tabel 2. di IndonesiaTahun 1999-2006
No Provinsi hasil ton / ha % tase peningkatan produktivitas Tahun Pelaksanaan
padi SRI padi non SRI
1 Jawa Barat 6,8 – 13.,76 3,5 – 6,8 94 – 102 1999 – 2006
2 Sulawesi Sel. 7,15 – 8,76 3,19 – 5,18 124 – 69 2002 – 2004
3 NTB 7,03 – 9,63 4,20 – 6,16 67 – 56 2003 – 2004
4 Bali 13,3 8,4 58 2006
5 NTT 11,7 4,4 165 2002
6 Lampung 8 – 8,5 3 – 3,5 167 – 143 2002
Data Kisaran 6,8 – 13,76 3 – 8,4 58 – 165 1999 – 2006

SRI (System Of Rice Intensification)
NO Perlakuan Uraian
1 Persemaian • Dengan pipiti, nampan persemaian biasa
2 Benih • Varietas unggul baru
• Benih bermutu berlabel
• Pemilihan benih dengan air garam atau abu
• Benih 5 – 10 kg/ha
3 Penanaman • Tanam benih muda 7-10 HSS
• Tanam dangkal horizontal , huruf L
• Tanam satu bibit
• 25X25 cm, 30x30cm, Sistem legowo 4 - 1
4 Pemupukan • Pakai pupuk organic, MOL (Mikro Organik Lokal )
• Penggunaan pupuk Anorganik, sesuai kebutuhan tanaman
5 Pengairan • Macak-macak, terputus-putus
• Penggunaan parit dalam petakan
6 Penyiangan • 4 kali, tergantung perkembangan gulma
7 Pengendalian HP • PHT
• Penggunaan pestisida nabati dan kimia (bila perlu)

Ringkasan alternatif komponen teknologi Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi (PTT)
No Komponen Budidaya Pilihan Komponen Teknologi
1 Varietas • Varietas unggul baru
- MH: varietas tahan wereng coklat, penyakit tungro dan hawar daun bakteri
- MK: varietas yang relatif tahan kering dan tahan hama penggerek
2 Benih Bermutu • Padi hibrida
• Berlabel biru, direndam air garam, abu (BD air>1)
3 Persemaian • Persemaian basah, seed treatment
• Tanpa persemaian untuk sistem Tabela
4 Jumlah Benih • Tabela: 30-40 kg/ha
• Tapin bibit muda: 10kg/ha
• Legowo:20-30kg/ha
5 Umur Bibit • 10-15 hari (bila hama keong mas dapat
dikendalikan)
• 21 hari (bila ada keong mas)
6 Jumlah Bibit / Rumpun • 1 batang (untuk bibit muda dan padi hibrida)
• 1-3 batang
7 Cara Tanam • Tabela (hanya untuk musim kemarau)
• Tanam pindah 20cm x 20cm, atau 25cm x 25cm
• Legowo 4:1 atau 2:1
8 Pengelolaan Air • Intermittent ( hanya untuk musim kemarau dan bila irigasi serta drainase dapat diatur)
• Pengaturan drainase pada musim hujan
• Tabela: macak-macak pada saat tanam
• Tapin/Legowo: cara petani
9 Efisiensi pemupukan :
- Urea
-Pupuk P dan K
- S, Cu dan Zn • Menggunakan Bagan Warna Daun (BWD)
• Berdasarkan peta status hara P dan K lahan sawah skala 1:50.000
• Berdasarkan pH tanah dan hasil analisis tanah serta tabel saran pemberian hara S, Cu dan Zn.
10 Bahan Organik • 2 ton/ha kompos pupuk kandang
11 Pengendalian Hama / Penyakit • Monitoring populasi hama
• Pestisida hayati, bila memungkinkan
12 Penanganan Panen dan Pasca Panen • Alat perontok (power thesher)
• Panen cara beregu
• Pengeringan gabah segera setelah dipanen (dengan bantuan mesin pengering/dryer bila cuaca ekstrem basah)

Perbandingan pertumbuhan dan hasil padi konvensional dengan metode SRI



Aspek
Konvensional SRI
Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran
Rumpun/m2 56 42-65 16 10-25
Tan./rumpun 3 2-5 1 1
Anak./rumpun 8.6 8-9 55 44-74
Malai/rumpun 7.8 7-8 32 23-49
Biji/malai 114 101-130 181 166-212
Biji/rumpun 824 707-992 5,858 3,956-10,388
Hasil (t/ha) 2 1.0-3.0 7.6 6.5-10.8

Masih banyak hal lain yang juga ikut menyebabkan sulitnya meningkatkan produktivitas padi. Antara lain adalah pupuk yang dipakai pada tanaman padi. Hampir semua petani di desa ini menganggap bahwa padi hanya memerlukan pupuk urea. Padahal kita tahu bahwa tanaman padi sebagaimana halnya dengan tanaman lain juga memerlukan unsur hara lainnya dan karenanya memerlukan pemupukan yang seimbang. Hal yang sama juga terjadi terhadap pupuk organik. Pupuk organik dianggap tidak diperlukan. Padahal para ahli menyatakan bahwa pupuk organik sangat bermanfaat baik untuk kesuburan tanah maupun untuk pertumbuhan dan hasil tanaman.
Kondisi ini tentu tidak menguntungkan. Produktivitas sawah di daerah ini menjadi statis dan rendah. Petani tidak dapat meningkatkan pendapatannya sehingga tidak ada perbaikan kesejahteraan. Petani miskin menjadi tetap miskin.
Berdasarkan pengamatan dan analisis ini, kami bermaksud melakukan suatu pengabdian kepada masyarakat di desa ini untuk membuka wawasan petani bagi peningkatan produktivitas tanaman khususnya tanaman padi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan contoh cara bertaman padi alternatif, yaitu bertanam padi dengan metode SRI (System of Rice Intensification).
Metode SRI ini sangat ramah lingkungan, sangat hemat dalam pemakaian air dan ekonomis dalam penggunaan benih. Menurut beberapa hasil penelitian, hasil yang diperoleh dengan sistem SRI ini sangat tinggi, lebih tinggi daripada dengan metode konvensional biasa. Hasil penelitian oleh Nissanka dan Bandara (2004) menunjukkan bahwa metode SRI memberikan pertumbuhan yang lebih kuat, menghasilkan bulir yang lebih banyak, dan produksi bahan kering yang lebih tinggi daripada meode konvensional biasa. Zheng et al. (2004) menyatakan bahwa sistem SRI dapat menghasilkan padi sampai 12 ton ha-1. Lebih lanjut Ramanujan (2006) menyatakan bahwa sementara metode konvensional hanya memberikan rata-rata hasil antara 2 – 4 ton ha-1, metode SRI dapat menghasilkan rata-rata hasil antara 7 – 8 ton ha-1, bahkan sampai 15 ton ha-1.
Manfaat sistem SRI yaitu sebagai berikut :
1. Hemat air (tidak digenang), air yang dibutuhkan hanya 20-30 % dari kebutuhan air untuk cara konvensional.
2. Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah.
3. Membentuk petani yang mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli dilahannya sendiri, dan tidak tergantung pada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka.
4. Membuka lapangan kerja di pedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani.
5. Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia.
6. Mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang.

Daftar Pustaka
Iwan, Anugrah dkk.2008. Gagasan dan Implementasi SRI dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BPE). Pusat Analisa Sosial Ekonomi Pertyanian. Bogor.
Mutakin, Jenal. 2008. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik dengan Metode SRI.Garut.
Maswir. 2008. Penanaman Padi sabatang di Lasi. Lasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar