Selamat Datang

Ini merupakan Blog Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang
Sumatera Barat

Universitas Andalas

Universitas Andalas

Kamis, 28 Januari 2010

Prospek Budidaya Teh Organik Oleh Vanaresya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Sejarah Teh
Teh berasal dari perbatasan negara-negara Cina Selatan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur, dan India Timur Laut. Pada tahun 1686,teh mulai diperkenalkan oleh Anfreas Cleyer di perkebunan Batavia Nusantara Indonesia. Tahun 1826-1828,percobaan-percobaan di Kebun Botani di Bogor berhasil Tahun 1843 Robert Fortune menemukan teh hitam dan teh hijua karena prosesnya bukan tanamannya.
Tahun 1910-1928 merupakan periode puncak laju pertumbuhan teh per tahun per hektare menjadi rata-rata 6,3 % dengan laju pertumbuhan penanaman yang jauh lebih tinggi pada tahun 1910-1940. Menjelang PD II teh memberikan keuntungan besar bagi kas negeri pemerintah kolonial.
B. Sisi Kultural dan Manfaat Tanaman Teh
Di Indonesia semua kalangan dari atas hingga bawah tak ada yang tak mengenal teh. Minuman teh menjadi minuman wajib untuk menjamu tamu. Di Bumi Parahyangan, setiap tamu di rumah makan sunda selalu disodori teh tawar sebelum makan/minum berat
Dari segi manfaat, berdasarkan hasil penelitian teh memiliki kemampuan untuk:
1. Menghambat pembentukan sel kanker
2. Mencegah penyakit jantung dan stoke
3. Menstimulir sistem sirkulasi
4. Memperkuat pembuluh darah
5. Menurunkan kolesterol
C. Ekspor Teh dan Indiustri Perkebunan Teh
Volume ekspor teh Indonesia pada tahun 1999 sebanyak 99.847 ton Indonesia menempati urutan ke 5 terbesar negara eksportir teh. Adapun daftar negara lain yang cukup besar dalam ekspor teh nya adalah:
1. Inggris
2. Pakistan
3. Irak
4. Amerika Serikat
5. Belanda
6. India
Industri perkebunan teh di Indonesia telah menghasilkan teh yang berkualitas ekspor. Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk, sebaiknya industri teh didiversifikasi ke arah pembuatan produk teh. Pendirian industri pengemasan teh siap konsumsi merupakan alternatif menarik dalam agribinis teh.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Budidaya Teh Organik
Budi daya teh organik menjadi salah satu alternatif dalam menghasilkan teh bebas bahan pencemar. Pada dasarnya, bertanam secara organik merupakan cara budi daya dengan menggunakan bahan-bahan organik atau bahan alami pada semua tahap kegiatan, mulai dari:
1. penyiapan lahan
2. Pemupukan
3. pengendalian hama, penyakit, dan gulma.
Cara-cara bertanam ini bertumpu pada siklus alami yang telah ada. Pengusahaan teh organik semakin menarik dan mendapatkan tantangan dengan semakin meningkat nya permintaan pasar terhadap produk teh organik. Setiap tahun permintaan mencapai ± 2.500 ton dengan harga yang jauh lebih tinggi (2-3 kali lipat) dibanding teh yang diproduksi secara konvensional.
Teknik Budidaya Teh Organik
• Klon Teh
: Klon teh yang digunakan adalah klon yang tahan terhadap hama dan penyakit, mampu beradaptasi dengan iklim lokal, dan tahan terhadap cekaman kekeringan ataupun hara.
• Kadar Bahan Organik
: Kadar bahan organik tanah ditingkatkan menjadi 8-10%. Pemberian bahan organik atau kompos akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang dan jumlah air tersedia serta menurunkan kadar air pada titik layu permanen.
• Kualitas Hara
: Kualitas hara diatur dengan prinsip keseimbangan hara. Pupuk buatan tidak boleh digunakan, bukan karena residunya, melainkan karena dalam pembuatannya
• Pengendalian Hama dan Penyakit
: Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan dengan pengaturan iklim mikro atau dengan mengintroduksi musuh alami (MA), fungisida tembaga oksida, insektisida nabati, atau mikroba.
B. Prospek Teh Organik
Kecenderungan konsumen akan makanan atau minuman bebas bahan pencemar yang semakin meningkat akan mendongkrak permintaan akan teh organik. Apalagi dalam menghadapi pasar global, produk organik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi.Diperkirakan harga teh organik mencapai 2- 3 kali lipat atau lebih daripada harga teh biasa sehingga budi daya teh organik dapat menjadi usaha yang menguntungkan.
Negara-negara yang telah menghasilkan teh organik adalah China, India, Jepang, Sri Lanka, Tanzania, dan Malawi dengan luas total 3.810 ha dan produksi 2.346 ton dengan rata-rata produktivitas 0,67 t/ha. Laporan terakhir pada International Conference on Organic Tea di India pada tahun 1997 menyebutkan bahwa produktivitas tersebut masih dapat meningkat dengan semakin mantapnya teknik budi daya teh organik. Diperkirakan kebutuhan dunia akan teh organik belum dapat dipenuhi oleh negara-negara tersebut.
C. Pengolahan Teh Organik
Tahap pengolahan teh organik sama dengan teh konvensional. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemetikan.
: Pemetikan dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dengan alat (gunting petik/mesin petik). Pelabelan dimulai dari sini dengan memberikan ciri tersendiri pada pemetik, misalnya warna topi yang berbeda.
2. Wadah dan pengangkutan.
: Wadah pucuk (waring) dibuat berbeda dengan waring pucuk yang lain atau diberi label ORGANIK. Label memuat lokasi pemetikan, mandor petik, dan waktu atau hari pemetikan. Truk pengangkut juga dipisahkan.

3. Pelayuan.
: Tempat pelayuan di pabrik juga dipisahkan serta diberi label ORGANIK pada setiap withewring trough (WT).
Label memuat lokasi pemetikan dan pemetik berikut mandornya.
4. Open top roller (OTR).
:Penggilingan pada OTR juga harus dipisahkan. Kalau OTR lebih dari satu, penggilingan teh organik dikerjakan pada OTR tersendiri dan diberi label ORGANIK.
5. Rotorvane.
: Apabila hanya terdapat satu rotorvane, pastikan bahwa rotorvane yang akan digunakan bersih dari sisa-sisa teh nonorganik sebelumnya dan diberi label ORGANIK.
6. Press cup roller (PCR).
: Penggilingan pada PCR juga dipisahkan dan tetap harus diberi label
ORGANIK.
7. Ayakan.
:Penggunaan ayakan juga dipisahkan berdasarkan waktu pengayakan. Penggilingan teh organik harus didahulukan dan pastikan bahwa sebelum ayakan digunakan sudah tidak ada sisa-sisa teh dari penggilingan sebelumnya, dan tentu diberi label ORGANIK.
8. Oksidasi.
: Pelaksanaan oksidasi enzimatis dipisahkan dan diberi label ORGANIK.
9. Pengeringan.
: Pengeringan teh organik dilakukan terlebih dahulu sebelum teh nonorganik. Pastikan bahwa sebelum mesin pengering digunakan sudah tidak ada sisa-sisa teh nonorganik dan diberi label ORGANIK.
10.Sortasi.
: Pada saat sortasi kering, teh organik didahulukan dan diberi label ORGANIK.

11.Peti miring.
:Bila belum ada peti miring yang terpisah, penyimpanan dapat menggunakan karung plastik ganda yang dapat menyimpan teh kering dengan baik. Karung yang telah diisi cukup kemudian dimasukkan ke dalam paper sack.
12.Pengepakan
: dilakukan sebagaimana pengepakan teh nonorganik. Pada packing-nya diberi tambahan keterangan produk teh yang diisikan; apakah dari teh konversi atau sudah teh organik. Bila telah mendapatkan sertifikat dari Skal, maka label organik dicantumkan pada packing dengan lambang yang sifatnya internasional. Skal memberikan logo produk organic dengan tulisan ECO berwarna putih pada bujur sangkar dengan dasar warna hitam. Semua produk yang mencantumkan logo tersebut dijamin telah dibudidayakan secara organic dan pengolahannya tidak menggunakan bahan tambahan dari bahan-bahan kimia

BAB III
PENUTUP
Di Indonesia semua kalangan dari atas hingga bawah tak ada yang tak mengenal teh. Volume ekspor teh Indonesia pada tahun 1999 sebanyak 99.847 ton Indonesia menempati urutan ke 5 terbesar negara eksportir teh. Industri perkebunan teh di Indonesia telah menghasilkan teh yang berkualitas ekspor.
Budi daya teh organik menjadi salah satu alternatif dalam menghasilkan teh bebas bahan pencemar. Pada dasarnya, bertanam secara organik merupakan cara budi daya dengan menggunakan bahan-bahan organik atau bahan alami pada semua tahap kegiatan, mulai dari:
1. penyiapan lahan
2. Pemupukan
3. pengendalian hama, penyakit, dan gulma.
Cara-cara bertanam ini bertumpu pada siklus alami yang telah ada. Pengusahaan teh organik semakin menarik dan mendapatkan tantangan dengan semakin meningkat nya permintaan pasar terhadap produk teh organik. Setiap tahun permintaan mencapai ± 2.500 ton dengan harga yang jauh lebih tinggi (2-3 kali lipat) dibanding teh yang diproduksi secara konvensional.
Tahap pengolahan teh organik sama dengan teh konvensional. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemetikan
2. Wadah dan pengangkutan.
3. Pelayuan.
4. Open top roller (OTR).
5. Rotorvane
6. Press cup roller (PCR).
7. Ayakan.
8. Oksidasi
9. Pengeringan.
10. Sortasi.
11. Peti miring.
12. Pengepakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar