Selamat Datang

Ini merupakan Blog Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang
Sumatera Barat

Universitas Andalas

Universitas Andalas

Kamis, 28 Januari 2010

Prospek Agribisnis Lidah Buaya (Aloe vera ) Oleh Refida Ifna 07115024

PROSPEK AGRIBISNIS LIDAH BUAYA (ALOE VERA ) DI KALIMANTAN BARAT

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan komoditas unggulan andalan Kalimantan Barat yang memiliki keunggulan komparatif, terutama di kota Pontianak (Siatan) dan kabupaten pontianak. Tumbuh dengan baik di lahan gambut. Di kota pontianak saja berpotensi 1.100 ha dari 450.000 ha, jadi sangat potensial. Peluang pengembangan tanaman ini ke kabupaten lain, yang agroekosistemnya sama lahan gambut, sangat besar.
Lidah buaya mulai di usahakan sekitar tahun 1980. Perkembangannya mendapat sambutan dari masyarakat yang dibuktikan dengan meningkatnya luas tanam dan produksi selama 6 tahun (1996-2001) rata-rata peningkatan luas tanam sebesar 43,08%. Ini mengindikasikan bahwa motivasi petani untuk membudidayakan lidah buaya cukup tinggi, sekaligus mengilustrasikan bahwa usahatani lidah buaya member intensif yang cukup baik.
Komoditas lidah buaya adalah salah satu peluang investasi di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan hortikultura yang sangat prospek untuk dikembangkan karena permintaan pasar terhadap komoditas tersebut semakin meningkat.
Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan masyarakat dan manfaat yang ditimbulkannya, antara lain: Cara pembudidayaan lidah buaya relatif mudah; Mendorong tumbuhnya industri pedesaan baik sektor hulu maupun sektor hilir, sehingga dapat memperluas lapangan kerja di pedesaan; Penganeka-ragaman produknya sangat beragam dari mulai makanan dan minuman, bahan baku kosmetika, dan bahan baku obat-obatan; Nilai tambah produk hilirnya cukup besar; Permintaan produk olahannya mempunyai pasar yang bagus.
Hingga saat ini sebagian besar tanaman lidah buaya diolah menjadi makanan dan minuman atau diekspor dalam bentuk pelepah segar ke Negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam. Produk olahan tersebut seperti minuman lidah buaya (paling Terkenal). Namun sudah di mulai adanya produk olahan berupa selai lidah buaya, teh lidah buaya, dodol lidah buaya, rendang daun lidah buaya, cake multi gizi lidah buaya. Sayangnya, walaupun Kalimantan barat sentra lidah buaya, tetapi belum ada perusahaan agroindustri di Kalimantan Barat. Tetapi industry-industri pengolahan lidah buaya sudah banyak berkembang di luar Kalimantan Barat yang mengolah lidah buaya menjadi makanan, minuman kesehatan, masker, hand body, shampoo, penguat rambut, sunsilk, Vaseline, shampoo biokos, hairtonic, dan masih banyak yang lainnya.
Sehinnga apabila hasil olahan terbatas dan ekspor hanya dalam bentuk bahan baku hanya akan memberikan sedikit nilai tambah. Nilai tambah akan diperoleh jika tanaman lidah buaya diolah menjadi produk yang dibutuhkan industri sebagai bahan baku industri lanjutan.
Industri lanjutan yang berbahan baku tanaman lidah buaya antara lain industri farmasi dan kosmetika. Sebagai bahan baku, tanaman lidah buaya tidak bisa digunakan secara langsung dalam bentuk pelepah segar, tetapi harus diolah dahulu menjadi gel (aloe gel) atau tepung (aloe powder). Rasio kebutuhan pelepah segar terhadap produk olahan seperti tepung lidah buaya sangat besar, bahkan perbandingan untuk tepung lidah buaya dengan kualitas sangat baik dapat mencapai 150 : 1. Tepung dengan kualitas tersebut dengan berat yang sama nilai rupiahnya bisa mencapai seribu empat ratus kali lipat dari bahan bakunya.
Ini artinya adalah bahwa dari sisi bisnis, komoditi tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan pelaku industri pengolahannya, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada peningkatan ekonomi wilayah. Oleh karena itu, apabila komoditi tersebut akan dikembangkan pengusahaannya, maka sebaiknya industri yang memproduksi gel ataupun tepung harus memiliki kontinuitas ketersediaan bahan baku (pelepah segar). Kondisi tersebut dapat tercapai jika industri dan budidaya terkait secara langsung dalam suatu klaster bisnis.
Adanya klaster bisnis yang mengkaitkan industri dan budidaya yang didukung dengan kehadiran institusi yang kuat, diantaranya akan dapat mencegah terjadinya perebutan bahan baku yang dapat berakibat mematikan industri hilir. Kondisi tersebut justru akan memberikan jaminan kepastian pasar bagi hasil panennya selain dimungkinkan adanya bantuan sarana produksi dan pendampingan dalam penggunaan teknologi. Agribisnis dengan berbasis tanaman lidah buaya dimaksud adalah pengusahaan komoditi lidah buaya mulai dari budidaya, agroindustri (industri pengolahan) dan pemasaran hasil produk akhirnya.
Selain itu pengembangan lidah buaya berpotensi baik karena kandungan gizi yang terkandung di dalam lidah buaya tersebut.
 Mengandung Antioksidan,
Menurut Dr. Freddy, beberapa unsure herbal mineral yang terkandung dalam lidah buaya untuk herbal food juga ada yang berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami. Misalnya vitamin C, vitamin E, dan zinc. “Bahkan hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan asal Amerika Serikat menyebutkan bahwa dalam Aloevera barbadensis miller herbal products terdapat beberapa zat yang bisa berfungsi sebagai antioksidan.
 Mengandung zat lignin, mampu menembus dan meresap ke dalam kulit
Lidah buaya untuk natural herbal bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam lendir lidah buaya yang digunakan untuk natural herbal food terkandung zat lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit. Lendir ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit. Hasilnya, kulit tidak cepat kering dan terlihat awet muda.
 Mengandung laktasit, membantu mengatasi sembelit atau sulit buang air besar
Lidah buaya juga membantu mengatasi sembelit atau sulit buang air besar karena lendirnya bersifat pahit dan mengandung laktasit, sehingga merupakan pencahar yang baik.
Selanjutnya lidah buaya juga mengandung khasiat yang juga dapat menguntungkan, khasiat lidah buaya tersebut antara lain adalah :
 Menyuburkan rambut
 Untuk mengobati sejumlah penyakit (diabetes melitus dan serangan jantung)
 Luka bakar atau tersiram air panas
 Bisul
 Untuk mengobati Wasir
 Penurunan Kolestrol
 Cacingan, susah buang air kecil
 Sembelit
 Jerawat, noda-noda hitam
 Batuk (yang membandel)
 Diabetes
 Radang tenggorokan
 Perawat dan Pencegah Infeksi Lambung dan Usus 12. Pembunuh rasa sakit
 Perawatan kulit (scrub, tabir surya dan anti gigitan serangga)
 Bahan kosmetik dan pelembab (pH yang seimbang dengan kulit).
Selain khasiat diatas ternyata kandungan dalam lidah buaya juga berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh yang diperkirakan dapat menghambat kerja virus HIV dengan menstimulasi sistem kerja kekebalan tubuh penderitanya.
Walaupun Kalbar sentra lidah buaya, tetapi belum ada perusahaan agroindustri di Kalbar.Tetapi industri-ndustri pengolahan lidah buaya sudah banyak berkembang di luar Kalbar
Masalah dalam sistem agribisnis lidah buaya di Kalimantan Barat adalah pemasaran. Hal ini diindikasikan oleh kecilnya lidah buaya segar yang dapat dipasarkan, yaitu 6,85% dari total Produksi, sedangkan sisanya ditunda panen. Untuk membuka pangsa pasar baru bagi lidah buaya segar dapat ditempuh dengan cara yaitu mendorong masuknya eksportir baru untuk menambah pangsa pasar di luar negeri dan mendorong masuknya investor untuk membangun industri pengolahan lidah buaya (pangsa pasar lokal). Lokomotif dalam suatu system agribisnis adalah dunia usaha, karena mereka mempunyai instik bisnis tinggi, dan profesionalisme dalam aktifitas bisnis.
Pangsa pasar riil yg dinikmati oleh petani masih terbatas, akan tetapi potensi pangsa pasar lidah buaya yg belum tergali baik di dalam maupun di luar negeri cukup potensial
Permintaan lidah buaya di Kalimantan cukup baik, mencakup segmen pasar, yaitu: permintaan untuk konsumsi rumah tangga, restoran, salon kecantikan, industri minuman kemasan, Ekspor (Malaysia, Taiwan, dan Hongkong). Bahkan untuk memenuhi kebutuhan lidah buaya segar secara kontinue, perlu dilakukan pengembangan lidah buaya ini ke kabupaten lain di kalimantan Barat, terutama pada lahan gambut dengan kedalaman 0,5-2 meter.
Kemampuan ekspor lidah buaya rata-rata per bualan adalah 48,94 ton. Jumlah tersebut masih jauh lebih kecil dibanding kemampuan produksi (supply) yaitu 742,60 ton per bulan (tahun 2001). Permintaan luar Kalimantan Barat hanya 6,59% dari total produksi, sedangkan permintaan lokal hanya 0,26%, sisanya 93,15% di tunda panen.
Trend pasar global menunjukkan bahwa pasar produk herbal (salah satunya lidah) sudah mencapai jutaan dolar Amerika, atau boleh dikatakan meningkat. Sehingga perlu diperhatikan beberapa spesifikasi daun lidah buaya yang diinginkan oleh pasar luar negri, spesifikasi tersebut antara lain adalah
 Bobot daun lebih dari 1 kg
 Lebar daun lebih dari 10 cm
 Bentuk daun helai rata, tidak cekung
 Ketebalan daginglebih dari 2 cm (dalam negeri), lebih dari 3 cm (luar negeri)
 Kekerasan daging keras (relatif)
 Serat lembut dan tidak berwarna.
Dalam rangka otonomi daerah, pemda Kalimantan Barat harus berperan sebagai dinamisator, regulator dan inisiator. Pemerintah daerah harus memberikan kontribusinya berupa: infrasturktur, perkreditan, kebijakan, transportasi dan komunikasi informasi dan penyuluhan serta penelitian dan pengembangan. Di samping itu Pemda harus mapu mendorong masyarakat untuk berperan sebagai distributor saprodi, suplier pupuk organik (peternak ayam, petani tambak, peternak babi), petani, investor, pedagang lokal, dan eksportir.
Pemda juga perlu mengadakan regulasi agar ada kejelasan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan agribisnis lidah buaya. Harus dirumuskan siapa saja pelaku-pelaku agribisnis lidah buaya pada masing-masing subsistem agribisnis.
Selanjutnya agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam pengembangan agribisnis lidah buaya ini juga diperlukan koordinasi yang sinergis antara pelaku-pelakunya. Koordinasi harus dilakukan secara keseluruhan, tidak terbatas pada pelaku-pelaku yang berhubungan dengan komoditas lidah buaya secara langsung, akan tetapi juga pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung, seperti peternak ayam, petani tambak, dll
Dalam pengembangan lidah buaya harus didorong terciptanya aktifitas usaha yang mengarah pada homeindustri/industri baik pada subsistem off farm hulu, subsistem on farm maupun subsistem off farm hilir.
Adanya home industri/industri pada berbagai subsistem, maka bangunan sistem agribisnis akan semakin kokoh. Industri hilir yang perlu dikembangkan adalah usaha pembuatan bahan-bahan organik seperti abu, kompos, dll.
Industri on farm misalnya usaha tani pola kemitraan atau model inti plasma. Sedangkan industri hulu misalnya industri pengolahan lidah buaya seperti powdering, gel, minuman, makanan, kosmetik, dll.

KESIMPULAN

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan komoditas unggulan andalan Kalimantan Barat yang memiliki keunggulan komparatif, terutama di kota Pontianak (Siatan) dan kabupaten pontianak. Tumbuh dengan baik di lahan gambut.
Komoditas lidah buaya adalah salah satu peluang investasi di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan hortikultura yang sangat prospek untuk dikembangkan karena permintaan pasar terhadap komoditas tersebut semakin meningkat.
Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan masyarakat dan manfaat yang ditimbulkannya, antara lain: Cara pembudidayaan lidah buaya relatif mudah; Mendorong tumbuhnya industri pedesaan baik sektor hulu maupun sektor hilir, sehingga dapat memperluas lapangan kerja di pedesaan; Penganeka-ragaman produknya sangat beragam dari mulai makanan dan minuman, bahan baku kosmetika, dan bahan baku obat-obatan; Nilai tambah produk hilirnya cukup besar; Permintaan produk olahannya mempunyai pasar yang bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kandungan Yang Ada Dalam Lidah Buaya. http://resepherbal.e-salim.com/
Musyafak, Akmad. 2003. Agribisnis Lidah Buaya di Kalimantan Barat Berprospek, tapi belum Tergarap. BPTP Kalimantan Barat. Tabloid Sinar Tani.
Sulaeman, Suhendar. 2006. Model Pengembangan Agribisnis Komoditi Lidah Buaya (Aloevera). Peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Jakarta.

1 komentar: